MAKALAH
MANAGEMENT PENANGGULANGAN BENCANA DALAM KEPERAWATAN
“GUNUNG MELETUS”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Management
Penanggulangan Bencana Dalam Keperawatan”
![]() |
Dosen Pembimbing : Viyan Septiyana Achmad,. S.Kep Ners, M.Kep
Disusunoleh
Kelompok 6
1.
Haikal Mahrus P27901113061
2.
Hana Cendrana P27901113062
3.
Iman Condro Laksono P27901113009
4.
Nia Anjani Manalu P27901113065
5.
Siti Nurhasifa P27901113108
3 A
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN DIII KEPERAWATAN TANGERANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Makalah Manajemen
Bencana,
yang berjudul Manajemen
Penanggulangan Bencana Alam Gunung Meletus.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan jalan terang bagi umatnya. Makalah ini disusun, berdasarkan hasil pencarian literatur
dan diskusi yang telah kami dapatkan. Adapun maksud dari penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas akademik yang diberikan oleh dosen pembimbing dan
untuk menambah pengetahuan kami mengenai Manajemen Penanggulangan Bencana
Alam Gunung Meletus dalam
Manajemen
Bencana.
Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak
Viyan Septiyana Achmad,S.Kep Ners, M.Kep. Selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini.
2. TIM Dosen dalam Mata Kuliah
Keperawatan Manajemen Bencana yang telah mendukung kelompok, yang berkenan memberi
masukan-masukan dan bimbingan sehingga dapat terselesaikannya makalah ini.
3.
Orangtua kami, yang telah mendukung baik moril maupun
materil
4.
Rekan Mahasiswa/i Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten,
Jurusan Keperawatan Tangerang, khususnya Program Studi DIII Keperawatan.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa banyak
kekurangan, “tak ada gading yang tak
retak” maka untuk itu, penyusun memohon kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca yang sangat diperlukan demi kesempurnaan penyusunan makalah
selanjutnya. Kami juga mengharapkan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya kami sebagai penyusun. Amin yaa
Robal Alamin.
Tangerang,
November 2015
Kelompok
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ..................................................................................................... i
Daftar
Isi .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................
1
1.2.1
Tujuan umum ................................................................................ 2
1.2.2
Tujuan khusus................................................................................
2
BAB II TINJAUAN
TEORI
2.1 Definisi......................................................................................................
3
2.1 Definisi Bencana ................................................................................ 3
2.2 Definisi Gunung Meletus ................................................................... 3
2.2 Jenis-jenis gunung .................................................................................... 4
2.3 Karakteristik
Gunung Di Indonesia ......................................................... 5
2.4 Tanda
Dan Gejala Gunung Meletus..........................................................
6
2.5 Penyebab
Terjadinya Gunung Meletus.....................................................
6
2.6 Manajemen
Penanggulangan Pada Gunung Meletus................................ 6
2.7 Tingkatan Dari Status Gunung Meletus....................................................
9
2.8 Peran Perawat Dalam Tanggap Bencana...................................................
9
2.9 Dampak Gunung Meletus ........................................................................ 10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
............................................................................................... 13
3.2 Saran
......................................................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA .......................................................................................... 14
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbagai negara yang
tercakup pada satu planet yang bernama bumi memiliki kemungkinan untuk
terjadinya berbagai bencana alam mengingat beberapa struktur lapisan yang
membentuk bumi mengakibatkan perubahan, pergeseran ataupun kerusakan yang
berdampak pada suatu fenomena ataupun peristiwa yang menganggu penghidupan atau
kehidupan seluruh komunitas ataupun populasi yang menempati wilayah di suatu
Negara.
Bencana alam terbagi
atas bencana yang disengaja maupun disengaja, Bencana alam yang disengaja
merupakan bencana yang terjadi atas perilaku manusia yang mengganggu ekosistem
alam seperti masyarakat yang berada pada suatu daerah yang memiliki pola
perilaku tidak disiplin dan bertanggung jawab dengan membuang sampah sembarangan
dan membiarkannya tanpa mengolah dan mengacu pada prinsip 3R, serta bencana
yang tidak disengaja merupakan bencana yang disebabkan karena rusaknya
ekosistem akibat perubahan, pergesaran struktur bumi. Seperti gempa bumi, tanah
longsor, tsunami, hingga gunung meletus yang tercatat telah memberikan
sumbangsih terhadap penekanan angka mortalitas.
Terutama peristiwa
gunung meletus yang telah terjadi di Indonesia seperi peristiwa gunung kelud,
merapi, galunggung hingga Krakatau yang telah menyebabkan perubahan iklim
global dan menyebabkan gelapnya dunia hingga kurun waktu 2 setengah hari akibat
tertutupnya atmosfir oleh debu vulkanis.
Secara geografis
Indonesia dikepung oleh tiga lempeng dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng
Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Sewaktu – waktu lempeng ini akan bergeser
patah dan menimbulkan gempa bumi. Akibatnya, tumbukan antarlempeng tektonik
dapat menghasilkan tsunami seperti yang terjadi di Aceh. Selain dikepung oleh
tiga lempeng dunia, Indonesia juga merupakan jalur The Pasific Ring of Fire (Cincin Api Pasifik) yang merupakan
rangkaian jalur gunung api aktif.
Berbagai ancaman
bencana alam yang datang tanpa dapat direncanakan tersebut, masyarakat
Indonesia yang tinggal di daerah rawan bencana seharusnya mempersiapkan diri menghadapi
musibah dan bencana alam sebagai upaya meminimalisasi jumlah korban.Salah satu
bentuk persiapan adalah mitigasi. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk
mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana
Salah satu bentuk
penerapan mitigasi pada keadaan bencana sebagai upaya meminimalisasi dampak
musibah dapat dilihat dan diperhatikan pada penanganan bencana Gunung Merapi
pada tahun 2010.Upaya mitigasi pemerintah adalah dengan membangun bungker –
bungker di sekitar daerah kaki gunung di wilayah Gunung Merapi,
Yogyakarta.Selain itu, pemerintah juga membangun instalasi sirine yang aktif
pada saat darurat untuk peringatan status awas atau siaga Gunung Merapi
sebagai early warning
system (EWS). Sirine ini akan berdering sebagai tanda bahwa masyarakat
di sekitar kaki Gunung Merapi harus segera mengungsi di tempat yang lebih aman
pada jarak radius yang ditetapkan oleh lembaga pemerintah, dalam hal ini BMG
(Badan Meteorologi dan Geofisika), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Geologi, dan
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK). Di samping
itu, penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi bencana Gunung Merapi juga
perlu disiapkan antara lain sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di
sekitar rawan bencana Gunung Merapi. Latihan evakuasi, persiapan dapur umum,
manajemen tandu dan tenda, manajemen pengungsi, dan koordinasi pemerintah desa
adalah beberapa contoh pelatihan bagi masyarakat sebagai upaya menghadapi
bencana meletusnya Gunung Merapi.
Makalah dan penulisan
ini adalah untuk mengetahui upaya mitigasi apa saja yang telah dipersiapkan
oleh pemerintah daerah dan masyarakat yang tinggal di sekitar kaki gunung untuk
menghadapi ancaman bencana meletusnya Gunung Merapi. Penulisan ini juga
diharapkan mampu melihat kekurangan apa saja yang terdapat di lapangan sebagai
upaya mitigasi bencana Gunung Merapi di Yogyakarta. Selain itu, penulisan ini
juga diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai upaya mitigasi
yang baik, tepat, dan aman sehingga upaya yang terarah dan terencana dapat
meminimalisasi kerugian akibat bencana meletusnya Gunung Merapi baik secara
material maupun nonmaterial.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1
Tujuan umum
a) Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam menghadapi
serta mengurangi dampak/resiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan
bekerja dengan aman (safe).
b)
dapat
mengetahui ciri-ciri gunung meletus sehingga dapat mengurangi kehilangan harta
dan nyawa.
1.2.2
Tujuan khusus
a. Penulis dan pembaca dapat mengetahui tentang manajemen penanggulangan bencana alam gunung meletus
b. Melatih penulis dalam menggunakan ejaan dan Bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
c. Menambah kreatifitas penulis dalam menyusun makalah ini .
d. Menambah pengetahuan atau cakrawala bagi penulis dan pembaca
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
2.1 Definisi
2.1.1
Definisi Bencana
Peristiwa
yg terjadi secara mendadak/tidak terencana atau secara perlahan tetapi
berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan normal atau kerusakan
ekosistem, sehingga diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong
dan menyelamatkan korban yaitu manusia dan lingkungannya (KEMENKES RI no :
145/MENKES/SK/I/2007)
2.1.2
Definisi Gunung Meletus
Gunung merupakan bentuk muka bumi
yang menonjol dari rupa bumi di sekitar. Gunung biasanya lebih tinggi dan curam
dibandingkan bukit. Gunung dan pegunungan terbentuk karena pergerakan kerak
bumi yang menjulang naik. Jika kedua kerak bumi menjulang naik, pegunungan
dihasilkan, sebaliknya jika salah satu kerak bumi terlipat bawah kerak yang
lain, gunung berapi terbentuk.
Gunung adalah sebuah
bentuk tanah yang menonjol di atas wilayah sekitarnya. Sebuah gunung biasanya
lebih tinggi dan curam dari sebuah bukit, tetapi ada kesamaaan, dan penggunaan
sering tergantung dari adat lokal.
Gunung
meletus adalah peristiwa alam dimana endapan magma yang berada di dalam perut
bumi didorong keluar oleh gas yang mempunyai tekanan tinggi. Gunung meletus
merupakan gejala alam vulkanik.
Gunung
meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah cairan pijar yang
terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni
diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi
disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C.
Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh
radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius
90 km. Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung
berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif.
Gunung
meletus adalah gunung yang memuntahkan materi-materi dari dalam bumi seperti
debu, awan panas, asap, kerikil, batu-batuan, lahar panas, lahar dingin, magma,
dan lain sebagainya. Gunung meletus biasanya bisa diprediksi waktunya sehinggi
korban jiwa dan harta benda bisa diminimalisir.
2.2
Jenis-Jenis Gunung
Pada
garis besar gunung terbagi menjadi 2, yaitu gunung berapi/aktif dan tidak
aktif.
2.2.1
Gunung aktif,
yaitu gunung api yang
masih bekerja yang kawahnya selalu mengeluarkan asap, gempa, dan letusan.
Misalnya Gunung Stromboli .Gunung berapi terbentuk oleh lapisan material yang
keluar dari perut bumi. Gunung berapi yang masih hidup atau aktif gejala yang
tampak adalah timbulnya ledakan atau letusan. Kegiatan gunung berapi
diawasi oleh Jawatan Geologi. Jawatan ini memiliki alat pencatat gempa
bumi yang disebut seismograf.
Beberapa bentuk gunung api, yaitu : gunung api kerucut
(strato), gunung api Landai (Maar) dan gunung api Perisai (tameng). Bentuk
ini dipengaruhi oleh letak dapur magma dan sifat magma yang keluar dari perut
bumi.
2.2.2
Gunung tidak berapi
Gunung tidak berapi merupa-kan gunung yang sudah tidak
aktif lagi. Gunung tidak berapi sangat kecil kemungkinan untuk meletus. Gunung
tidak berapi sering juga disebut gunung mati. Contoh gunung tidak berapi
adalah Gunung Muria (Jawa Tengah), Gunung Tambora (NTB), dan Gunung
Melawan (Kalimantan Tengah).
2.2.3
Bagian bagian gunung:
Gunung
terdiri dari tiga bagian.Yaitu puncak, lereng dan kaki gunung.
a) Lereng yaitu suatu medan atau daerah yang permukaan
tanahnya atau letaknya miring. Berdasarkan derajat kemiringannya lereng
dibedakan menjadi empat macam yaitu, lereng landai,curam,terjal,tegak.
b) Puncak
Berdasar bentuknya
dibagi menjadi :
1.
Gunung berapi perisai (Gunung berapi lava) :
seperti perisai, terjadi karena lelehan yang keluar dan membentuk lereng yang
sangat landai. Contoh: Gunung Mauna Loa (Hawaii).

2.
Gunung berapi strato,
Bentuknya seperti kerucut, terjadi karena letusan dan lelehan (etusi) secara
bergantian. Jenis ini banyak terdapat di Indonesia. Contoh: Gunung Merapi di
Indonesia.

3.
Gunung berapi maar :
Gunung berapi yang meletus sekali dan segala aktivitas vulkanisme terhenti,yang
tinggal hanya kawahnya saja. Bentuknya seperti danau kecil (danau kawah).
Terjadi karena letusan (eksplosif). Contoh: Gunung Lamongan (Jawa Timur),
Pegunungan Eifel (Perancis), dan dataran tinggi di Perancis Tengah.

·
Menurut aktivitasnya, gunung api dibagi
menjadi tiga kelompok:
a) Gunung
aktif, gunung ini masih bekerja, kawahnya selalu mengeluarkan asap, gempa, dan
letusan. Contoh: Gunung Stromboli
b) Gunung
mati. Gunung yang sudah tidak meletus lagi. Contoh: Gunung Patuha dan Gunung
Sumbing
c)
Gunung istirahat. Gunung api yang
sewaktu-waktu meletus kemudian istirahat kembali. Contoh: Gunung Ciremai dan
Gunung Kelud.
2.3 Karakteristik
Gunung Di Indonesia
Indonesia
merupakan negara yang jumlah dunung apinya sangat banyak. Tidak kurang dari 130
gunung api aktif atau 13-17% dari jumlah seluruh gunung api yang ada di dunia,
terdapat di Indonesia.
Karena banyaknya gunung api, maka Indonesia rawan dari bencana letusan
gunung api. Sejak tahun 1.000 tahun tercatat lebih dari 1.000 letusan dan
memakan korban manusia tidak kurang dari 175.000 jiwa. Letusan gunung Tambora
pada tahun 1815 dan gunung Krakatau pada tahun 1883 merupakan dua di antara
letusan yang paling hebat yang telah memakan banyak korban. Sekiranya kepadatan
penduduk seperti sekarang, tentulah letusan itu akan membawa bencana yang lebih
besar.
Selain membawa bencana, gunung api merupakan sumber pembawa kemakmuran.
Tanah yang subur selalu menutupi tubuhnya .karena itu , penduduk selalu tertarik untuk menetap dan
mendekati gunungapi, walaupun tempat tersebut
diketahuinya berbahaya. Di sinilah terletak permasalahan gunungapi di
Indonesia, disatu pihak merupakan sumber bencana, tapi di lain pihak merupakan
sumber kesejahteraan.
Karena kondisi tersebut, maka penanggulangan bencana gunung api tidak
hanya terpusat pada gunung api, tetapi masyarakat sekitar gunungapi yang kadang
tidak mudah untuk dievakuasi. Alasannya selain karena keterikatan dengan rumah
dan lahan pertanian, juga karena adanya kepercayaan tertentu terhadap
gunungapi.Jadi penanngulangannya juga mencakup aspek social budaya.
Setiap tipe gunung api memiliki karakteristik letusannya masing-masing
yang berbeda antara satu dengan lainnya. Gunung api juga memiliki ciri atau
perilaku yang berbeda antara satu jenis gunungapi dengan gunung api lainnya.
Karena itu, penanganannya juga bervariasi tergantung pada karakteristik gunung
api itu sendiri.
Penanggulangan
bencana letusan gunung api dibagi menjadi tiga bagian, yaitu persiapan sebelum
terjadi letusan, saat terjadi letusan dan sesudah terjadi bencana.
2.4 Tanda Dan Gejala Gunung Meletus
a) Suhu di sekitar gunung naik. Hal ini
menunjukkan terjadu kenaikan aktifitas Merapi.
b) Mata air menjadi kering.
c) Sering mengeluarkan suara gemuruh,
kadang disertai getaran (gempa)
d) Tumbuhan di sekitar gunung layu
2.5 Penyebab Terjadinya Gunung Meletus
Gunung meletus, terjadi akibat endapan magma di dalam perut
bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan
seperti inilah gunung berapi terbentuk. Letusannya yang membawa abu dan batu menyembur
dengan keras sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa membanjiri
daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa menimbulkan korban jiwa
dan harta benda yang besar sampai ribuan kilometer jauhnya dan bahkan bias
mempengaruhi putaran iklim di bumi ini. Hasil letusan gunung berapi
(sumber:MPBI)
·
gas vulkanik
·
Lava dan aliran pasir serta batu
panas
·
Lahar
·
Tanah longsor
·
Gempa bumi
·
Abuletusan
·
Awan panas (Piroklastik)
2.6 Manajemen
Penanggulangan Pada Gunung Meletus
2.6.1 Penanggulangan Pra Bencana Gunung Meletus
Beberapa persiapan yang
harus dilakukan dalam menghadapi letusan gunung api antara lain :
a)
Mengenali tanda-tanda bencana, karakter
gunung api dan ancaman- ancamannya;
b)
Membuat peta ancaman, mengenali daerah
ancaman, daerah aman;
c)
Membuat sistem peringatan dini;
d)
Mengembangkan Radio komunitas untuk
penyebarluasan informasi status gunung api;
e)
Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan
gunung api yang diterbitkan oleh instansi berwenang;
f)
Membuat perencanaan penanganan bencana;
g)
Mempersiapkan jalur dan tempat pengungsian
yang sudah siap dengan bahan kebutuhan dasar (air, jamban, makanan, pertolongan
pertama) jika diperlukan;
h)
Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen
penting;
i)
Memantau informasi yang diberikan oleh Pos
Pengamatan gunung api (dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi). Pos pengamatan gunung api biasanya mengkomunikasikan
perkembangan status gunung api lewat radio komunikasi.
2.6.2 Penanggulangan Saat Bencana Gunung Meletus
Penanganan yang harus di lakukan pada saat terjadi
gunung meletus atau becana.
2.6.2.1 Mengetahui
lokasi bencana dari informasi yang di dapat, dan harus memperhatikan hal-hal
berikut.
a) Lengkapi
semua informasi. Dan klasifikasi
kebenaran berita
b) Bila
benar berita di laporkan sesuai ketentuan (alur pelaporan)
c) Berita
distribusikan untuk kordinasi dengan unit kerja terkait (persiapan tim)
d) Puskodalmet
di bentuk (aktifkan organisasi kerangka/ organisasi tugas yang sudah ditetapkan
saat preparednees)
e) Sistem Komunikasi memegang peran penting
2.6.2.2 Tugas
pengendalian fasilitas dan logistic seperti :
a)
Mampu
mengetahui dan menyiapkan kebutuhan
semua unit kerja ( fasilitas Puskodal, fasilitas dan logistik di
lapangan)
b)
Menyiapkan
dan berkoordinasi dgn sektor lain dalam penyiapan kebutuhan korban (RS lapangan,
shektering pengungsi, jamban, air bersih, transportasi tim dan korban)
c)
Mempu
mengelola semua bantuan logistik dari hasil koordinasi atau bantuan
d)
Lokasi bencana tindakan yang harus di
lakukan
1) Lakukan
seleksi korban
2) Untuk
memberikan prioritas pelayanan
3) Gunakan
Label / Tag
4) Penyelamatan
dan mengefaluasi korban maupun harta benda
5) Memenuhi
kebutuhan dasar
6) Penyelamatan,
serta pemulihan sarana dan prasarana
7) Perlindungan
8) Pengurusan
pengungsi
Yang sebaiknya dilakukan oleh setiap orang
jika terjadi letusan gunung api antara lain :
1)
Hindari daerah rawan bencana seperti lereng
gunung, lembah, aliran sungai kering dan daerah aliran lahar;
2)
Hindari tempat terbuka, lindungi diri dari
abu letusan;
3)
Masuk ruang lindung darurat;
4)
Siapkan diri untuk kemungkinan bencana
susulan;
5)
Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh,
seperti baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya;
6)
Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan
pelindung mata seperti kacamata renang atau apapun yang bisa mencegah masuknya
debu ke dalam mata;
7)
Jangan memakai lensa kontak;
8)
Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut
dan hidung;
9)
Saat turunnya abu gunung api usahakan untuk
menutup wajah dengan kedua belah tangan.
2.6.3 Penanggulangan Pasca Bencana Gunung Meletus
Penyelenggaraan
penanggulanagan bencana pada tahap pasca
bencana yaitu:
a)
Rehabilitasi
1. Perbaikan lingkungan daerah bencana.
2. Perbaikan prasarana dan sarana umum.
3. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.
4. Pemulihan social psikologis.
5. Pelayanan kesehatan
6. Rekonsiliasi dan resolusi konflik
7. Pemulihan social ekonomi budaya
8. Pemulihan keamanan dan ketertiban
9. Pemulihan fungsi pemerintahan, dan
10. Pemulihan fungsi pelayanan public.
b)
Rekonstruksi
1. Pembangunan kembali prasarana dan sarana
2. Pembangunan kembali sarana social masyarakat
3. Pembangkitan kembali kehidupan social budaya
masyrakat
4. Penerapan rancang bangun yang tepat dan
penggunaan peralatan yang lebih baik
5. Partisipasi dan peran serta lembaga dan
organisasi kemasyarakatan dunia usaha dan masyarakat.
6. Peningkatan kondisi social, ekonomi, dan
budaya
7. Peningkatan fungsi pelayanan public, dan
8.
Peningkatam
pelayanan utama dalam masyarakat.
2.7 Tingkatan Dari Status Gunung
Meletus

2.8 Peran
Perawat Dalam Tanggap Bencana
Peran
perawat pada pra-bencana:
a.
Perawat
mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam penanggulangan
ancaman bencana untuk setiap fasenya.
b.
Perawat
ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintah, organisasi lingkungan, palang
merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan
penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
c.
Perawat
terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat
dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal berikut.
1)
Usaha
pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
2)
Pelatihan
pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga yang lain.
3)
Pembekalan
informasi tentang bagaimana menyimpan dan membawa persediaan makanan dan penggunaan air yang
aman.
4)
Perawat
juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas
kebakaran, rumah sakit, dan ambulans.
5)
Memberikan
informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko bencana.
6)
Memberikan
informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa seperti pakaian seperlunya,
radio portable, senter beserta baterainya dan lainnya.
7)
Bersama
tim dokter, menyiapkan kebutuhan rumah sakit lapangan dan tim ambulans
8)
Berdiskusi
bersama tim dokter tentang penyakit yang timbul akibat bencana sehingga dapat
mempersiapkan obat-obatan/alat kesehatan yang sesuai.
Peran
Perawat dalam intra bencana:
1) Bertindak cepat
2)
Melakukan
pertolongan pertama
3)
Menentukan
status korban berdasarkan triase
4)
Merujuk
pasien segera yang memerlukan fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
5) Do not promise. Perawat seharusnya
tidak menjanjikan apapun dengan pasti, dengan maksud memberikan harapan yang
besar pada para korban selamat.
6) Berkonsentrasi penuh pada apa yang
dilakukan.
7) Koordinasi dan menciptakan
kepemimpinan (coordination and create leadership).
8) Untuk jangka panjang, bersama-sama
pihak yang terkait dapat mendiskusikan dan merancang master plan of
revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama.
Peran
perawat pada pasca bencana menurut Feri dan Makhfudli (2009) adalah perawat
berkerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan bantuan kesehatan
kepada korban seperti pemeriksaan fisik, wound care secara menyeluruh dan
merata pada daerah terjadi bencana. Saat terjadi stres psikologis yang terjadi
dapat terus berkembang hingga terjadi post-traumatic
stress disorder (PTSD) yang
merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama yaitu trauma pasti dapat dikenali,
individu mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun
peristiwa-peristiwa yang memacunya dan individu akan menunjukkan gangguan
fisik, perawat dapat berperan sebagai konseling. Tidak hanya itu perawat
bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan unsur
lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat serta
mempercepat fase pemulihan menuju keadaan sehat dan aman. Selain itu Perawat
dapat melakukan pelatihan-pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan
berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang bergerak dalam bidang itu.
Sehinnga diharapkan masyarakat di sekitar daerah bencana akan mampu membangun
kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang dimilikinya.
2.9 Dampak Gunung Meletus
2.9.1
Dampak Negative Akibat Gunung Merapi
Dampak
dari abu gunung merapi yaitu berbagai jenis gas seperti Sulfur Dioksida (SO2),
gas Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen Dioksida (NO2), serta debu dalam bentuk partikel debu (Total Suspended Particulate atau
Particulate Matter).
a)
Kecelakaan lalu lintas akibat jalan berdebu licin, jatuh karena panik, serta makanan yang
terkontaminasi, dan lain-lain.
b)
Banyak dari penduduk,
terutama sekitar Gunung Merapi yang kehilanganpekerjaan rutin
kesehariannya.
c) Timbulnya penyakit pada korban seperti ISPA
d) 64 desa di Sleman dan puluhan desa di Magelang serta Klaten porak
poranda. Bahkan, desa tersebut dinyatakan tertutup karena berada di zona yang
tidak aman. Sebagian desa sudah tertutup debu vulkanik dengan ketebalan hingga
satu meter.
e)
Hujan debu dari
Merapi juga meluas dan membatasi jarak pandang. Lalu lintas, baik darat maupun udara, mulai terganggu. Bahkan, penerbangan dari
dan ke Yogyakarta ditutup sementara waktu.
f)
Dan terjadi pula kebakaran hutan karena
terkena laharnya.
g)
Banyak dalam sektor pertanian terganggu akibat bencana ini yang menyebabkan pendapatan bisnis para
petani menurun drastis.
h)
Di sektor perikanan terjadi kerugian sekitar 1.272 ton.
i)
Di sektor pariwisata, kunjungan wisatawan berkurang sehingga menyebabkan tingkat hunian
hotel yang tadinya 70 persen turun menjadi 30 persen.
Sehingga
dapat dikatakan Meletusnya Merapi ini mengakibatkan dampak yang sangat besar
bagi Indonesia.
2.9.2
Dampak
Positive Akibat Gunung Merapi
Selain itu, gunung meletus juga
menyebabkan dampak positif. Meskipun untuk letusan Merapi ini dampak tersebut
belum terlihat secara signifikan tapi ada hal yang dapat dijadikan dampak
positive dalam bencana ini yaitu :
a)
Penambang pasir mendapat
pekerjaan baru yaitu bekerja untuk mendapat pasir di pinggiran aliran lahar
dingin.
b)
Hasil
muntahan vulkanik bagi lahan pertanian dapat menyuburkan tanah,
namun dampak ini hanya dirasakan oleh penduduk sekitar gunung.
c)
Bahan
material vulkanik berupa pasir dan batu dapat digunakan sebagai bahan material yang berfungsi untuk bahan bangunan,
dan lain-lain.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Indonesia merupakan negara yang jumlah dunung apinya sangat banyak.
Tidak kurang dari 130 gunung api aktif atau 13-17% dari jumlah seluruh gunung
api yang ada di dunia, terdapat di Indonesia.
Peran perawat pada pasca bencana menurut Feri dan Makhfudli (2009)
adalah perawat berkerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan
bantuan kesehatan kepada korban seperti pemeriksaan fisik, wound care secara
menyeluruh dan merata pada daerah terjadi bencana. Saat terjadi stres
psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post-traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga
kriteria utama yaitu trauma pasti dapat dikenali, individu mengalami gejala
ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang
memacunya dan individu akan menunjukkan gangguan fisik, perawat dapat berperan
sebagai konseling. Tidak hanya itu perawat bersama masyarakat dan profesi lain
yang terkait bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah
kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan
menuju keadaan sehat dan aman.
3.2
Saran
Sebaiknya di setiap gunung api yang
masih aktif ada pos pengawasan yang dilengkapi dengan alat-alat pemantauan yang
akurat. Informasikan atau komukasikan segala tanda bahaya yang diperoleh sedini
mungkin kepada masyarakat atau melalui kepala desa masing-masing. Buat sirene
tanda bahaya untuk mengingatkan penduduk untuk segera mengungsi bila keadaaan
tambah gawat. Pembuatan sungai yang khusus untuk aliran lahar dan membuat
tanggul yang kokoh untuk melindungi desa dari aliran lahar.
DAFTAR PUSTAKA
Bencana gunung meletus | Feri dan Makhfudli, jateng : 2009
Caraka
Tani – Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian Vol. XXIX No. 1 Maret 2014
Posted: Oktober 3, 2013 in Uncategorized
Tags:
gunung api, pengertian gunung api